Translate

Minggu, 09 Januari 2011

Gara gara Bangunan Disegel, Siswa Belajar di Sekolah Lain

JAKARTA--MICOM: Para siswa Sekolah Kristen Ketapang (SKK) II akan mulai belajar lagi pada Senin (10/1) pagi. Namun, mereka terpaksa belajar di sekolah-sekolah lain. Hal itu disebabkan SKK II di Perumahan Green Garden Blok M1, Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat (Jakbar), telah dieksekusi dan disegel.

SKK II sebelumnya telah dieksekusi pada 18 Oktober 2010 dan disegel pada 18 Desember 2010. Kekalahan PT Taman Kedoya Barat Indah (TKBI) di Mahkamah Agung (MA) dalam kasasi dan Peninjauan Kembali (PK) telah membuat para ahli waris mengajukan permohonan eksekusi pada 2008 dan dikabulkan.

Menurut Direktur SKK Suhandoyo, Minggu (9/1), SKK telah meminta bantuan ke beberapa sekolah agar mengizinkan para siswa SKK II belajar di sekolah mereka. Hasilnya, beberapa sekolah telah mengizinkan. Jadi, lebih dari 630 siswa dan lebih dari 90 pegawai secara sementara akan pindah ke sekolah-sekolah lain.

Para siswa Kelompok Bermain (KB) dan TK akan belajar di TK Kristen Kalam Kudus II yang berlokasi di Perumahan Green Garden Blok B4 Nomor 1. Sedangkan, para siswa SD akan belajar di SD Kristen Kalam Kudus II yang juga berlokasi di Perumahan Green Garden Blok B4 Nomor 1.

Namun, para siswa SMP dan SMA akan belajar di sekolah yang berlokasi lebih jauh SMP Kristen 6 Penabur Muara Karang yang berlokasi di Jalan Muara Karang Blok Z3S, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara (Jakut).

Suhandoyo mengatakan bahwa SKK telah berinisiatif menyewa enam bus untuk para siswa SMP dan SMA, "Kami sudah sewa enam bus. Jadi, siswa yang merasa jauh, enggak perlu khawatir. Mereka boleh berangkat sendiri. Kalau merasa jauh, naik bus."

Para siswa akan belajar di sekolah-sekolah lain sampai Juni 2010. YPKK telah bernegosiasi dengan sekolah-sekolah itu mengizinkan para siswa belajar di sana sampai tahun ajaran 2010-2011 selesai. (*/10)

sumber media indonesia

Jumat, 07 Januari 2011

Tanam Cabai di Rumah bukan Solusi

JAKARTA--MICOM: Anjuran pemerintah bagi masyarakat untuk menanam cabai di rumah ditanggapi dingin oleh Kepala Badan Litbang Holtikultura Yusdar Hilman.

Menurutnya, langkah itu hanya akan memenuhi kebutuhan rumah tangga, namun dijamin tidak akan mencukupi kebutuhan nasional karena berbagai faktor.

"Menanam di pekarangan tidak akan menyelesaikan masalah harga cabai karena harus teliti serta cabai harus ditanam di tempat dengan intensitas sinar matahari cukup dan kondisi tanah yang baik, bukan di pekarangan," tandas Yusdar di sela-sela Workshop Holtikultura, Jakarta, Kamis (6/1).

Hal ini bertolak belakang dengan program Kementerian Pertanian yang justru mengaku bakal menggenjot produksi cabai yang dihasilkan dari pertanian perkotaan atau cabai yang ditanam di pekarangan rumah.

Menurut Dirjen Holtikultura Hasanuddin Ibrahim, 200 ribu Kepala Keluarga (KK) akan dibina untuk menanam cabai di pekarangan dan akan dilatih membuat benihnya.

"Yang akan kami gunakan dua macam. Untuk pertanian perkotaan kepada ibu-ibu PKK pakai benih lokal bukan hibrida. Nanti Kelompok Wanita taninya yang membuat benihnya. Jadi benih tidak terus kami kasih gratis," kata Hasanuddin di kesempatan yang sama.

Menurut perhitungannya, dengan program pertanian yang dilakukan oleh 200 ribu KK, maka bisa dihasilkan sekitar 2.000 ribu ton cabai.

"Kalau 1 KK bisa hasilkan 10 kilo cabai, kalikan saja. Berarti 2.000 ton produksinya. Jumlahnya memang masih kecil dibandingkan dengan produksi secara nasional yang bisa 1 juta ton," ujarnya. (OL-9)

sumber media indonesia